14 Februari 2007, aku tidak akan pernah melupakan tanggal itu. Tanggal dimana aku bertemu seorang wanita yang menjungkir balikkan hatiku,mengubahku menjadi lebih berarti,wanita yang mampu melihat diriku lebih dalam di bandingkan orang lain. Wanita itu bernama Shena umurnya setahun lebih muda dariku dia juga sahabat dari adikku Claire. Hari itu aku sedang berada di kamar sedang berlatih beberapa nada dengan gitarku. Aku mendengar pintu depan terbuka,tanpa mengintipnya aku tahu kalau itu Claire. Jadi aku tetap memetik senar gitarku,aku terhenti ketika mendengar dua suara tawa dari depan. Aku mengenali salah satu tawa itu milik adikku tapi Claire sedang tertawa bersama siapa. Aku sangat menyukai tawa itu terdengar lembut dan renyah sehingga orang yang mendengar tawanya ikut merasa senang dan bahagia. Kuletakkan gitarku di ujung tempat tidur,ku buka pintu sedikit mengintipnya melalui celah itu. Dari celah itu aku hanya melihat punggung adikku Claire dan sebagian rambut perempuan yang sepertinya temannya. Rambut perempuan itu berwarna cokelat sebatas punggung yang di biarkan terurai dari rambutnya aku menduga dia keturunan asing,Claire memang bersekolah di Smp swasta bertaraf internasional jadi kemungkinan besar teman-temannya adalah keturunan asing. Sangat berbeda dengan tempatku bersekolah,aku bersekolah di salah satu Smp negeri di kota Bandung. Walau sering aku menjadi pusat perhatian karena mempunyai tampang bule. Alasan lain kami berbeda sekolah karena aku tak ingin bersama dengan adikku, aku tidak menyukai dia sehingga jika aku mempunyai kesempatan untuk berjauhan dengannya aku akan mengambilnya. Aku mencoba mengulurkan kepalaku lebih lagi supaya aku dapat melihat pemilik tawa indah itu tapi sia-sia yang kulihat hanya sebatas rambutnya hampir sebagian wajahnya tertutup oleh adikku itu.
Aku pergi kearah dapur
berpura-pura mengambil air,siapa tahu suara gemuruh yang dihasilkan dispanser
dapat membuat perempuan itu mengalihkan pandangannya kepadaku. Aku melirik
dengan ujung mataku berharap ini dapat berhasil, lagi-lagi aku harus mengalami
kekecewaan perempuan itu tidak melihat ke arahku. Bukan Darryl namanya jika
mudah menyerah.“Claire,apakah temanmu sudah kau buatkan
minum.” Tanyaku berusaha memecah kesunyian. Aku melihat bahu
adikku menegang,aku tahu ini pasti mengagetkan dia karena biasanya aku selalu
menjauhinya bahkan tidak pernah bicara dengannya. Sedetik kemudian dia kembali
rileks dia memutar tubuhnya ke arahku pada detik itu juga aku merasa kecewa
lagi aku tetap tidak melihat wajahnya karena gadis itu sedang menunduk.“
Belum.” Jawab Claire kemudian
membalikkan badannya untuk berbicara “ Aku tinggal buat minuman dulu ya “
Biar aku saja yang buat.”Kataku spontan